Selasa, 29 Desember 2009

SAYA TIDAK DICIPTAKAN BODOH


“LEADING BEYOND SOLUTION”

“SAYA TIDAK DICIPTAKAN BODOH”

“SAYA BODOH, JIKA SAYA TIDAK SUMBANGKAN SESUATU UNTUK PRIBADI DAN ORANG LAIN”

Wagaamo yang Bijaksana adalah Transformatif, Inovatif, Kreatif, Proaktif, Produktif dan Solutif yang akan Membawah Wagaamo kepada Dunia Baru yang Shyalom.


I. PENDAHULUAN


Terus-teran saja, sebelumnya saya merasa kaya dan miskin, hidup mewah dan hidup sederhana itu ditentukan semula oleh TUHAN Pencipta. TUHAN lebih dulu memberkati dan memberikan pengertian/kepintaran kepada orang-orang yang maju dalam segala bidang. Tetapi setelah melihat ayat-ayat Alkitab yang berhubungan dengan “TUHAN itu adil” seperti: “TUHAN itu adil dalam segala jalan-Nya dan penuh kasih setia dalam segala perbuatan-Nya” (Mazmur 145:17) dengan membandingkan latar belakang hidup yang serba kekurangan (miskin), hidup jauh dari perkembangan dunia yang semamkin maju yang diakibatkan oleh Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) ini, saya duduk merenungkan hidup ini. Akirnya memunculkan banyak pertanyaan di dalam diri saya.

Pertanyaannya seperti ini: Apa maksud TUHAN, saya diciptakan dan ditempatkan di dunia ini? Apakah TUHAN menciptakan saya dalam keadaan serba kekurangan dan memang itu adalah takdir TUHAN, artinya: TUHAN-lah yang telah menentukan orang kaya dan miskin? Ataukah TUHAN menghadap muka-Nya kepada orang-orang lain sehingga saya tidak diperhatikan-Nya? Jika benar TUHAN itu adil, mengapa orang lain bisa sementara saya tidak bisa dalam segala hal? Bukan itu saja, banyak pertanyaan yang muncul. Pertanyaan-pertanyaan itu membuat batin tidak tenang dan tidak puas karena misteri (rahasia) bagi saya selama ini.

Untuk menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tadi supaya batin saya tenang dan puas, tidak ada jalan lain hanya kembali ke Alkitab dan meneliti orang-orang yang berhasil di dalam segala bidang. Di dalam sepanjang Alkitab menggambarkan bahwa TUHAN-lah yang menciptakan segala-sesuatu, menyediakan makan minum segala-sesuatu, menempatkan segala-sesuatu ditempatnya masing-masing, melengkapi segala-sesuatu dengan kealihan, kepintaran, kekuatan, pikiaran, nalurinya masing-masing, dengan kata lain TUHAN adalah Fasilitator bagi mahluk hidup. Berangkat dari penjelasan di atas ini, berhasil dan tidak, selamat dan tidak, hidup atau mati, kaya atau miskin kembali kepada pribadi seseorang. Sekalipun Israel yang adalah umat pilihan TUHAN keputusannya kembali kepada pribadi. Mengapa demikian terjadi? Karena kita diciptakan TUHAN bukan seperti robot yang dikendalikan langsung oleh-Nya sendiri.

Sejarah mencatat bahwa untuk merubah dunia ini dan menjadi kaya atau miskin, berhasil dan tidaknya tidak terletak pada keimanan (percaya) kita. Orang berdosa pernah menjadi orang terkenal di dunia, demikian juga orang bernar (Kristen). Tetapi perbedaannya, orang benar dalam hidupnya diberkati, jiwanya damai, aman, sejahterah, penuh bersyukur, hatinya tidak menyimpan pada kekayaan tetapi kepada TUHAN dan menabung (menyimpan) di bank sorga supaya mempunyai harapan yang pasti di akirat dsb. Sedangkan orang berdosa dalam hidupnya tidak diberkati, jiwanya tidak damai, tidak aman, tidak sejahterah, penuh keakuan atau tidak bersyukur, hatinya menyimpan pada kekayaan daripada kepada TUHAN dan karena tidak menyimpan (menabung) di bank sorga, maka tidak mempunyai harapan yang pasti di akirat.

Berangkan dari penjelasan di atas ini, maka kita berkata “Saya tidak diciptakan bodoh, miskin, melarat, terbelakang, tidak bisah, mulut saja tanpa tangan dan kaki,dst”. Tetapi saya sendiri membuat bodoh, miskin, melarat, terbelakang, tidak bisah, mulut saja tanpa tangan dan kaki, dst., kalau saya tidak mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM), yakni: tubuh, jiwa dan roh. Disamping itu pengetahuan, bakat, talenta, karunia, kemampuan, kepintaran, kealihan, kepandaian, dsb yang dilengkapi oleh TUHAN untuk mengelola Sumber Daya Alam (SDA), yakni: tumbuh-tumbuhan dan hewan atau makhluk hidup (flora dan fauna), tanah, emas, perak, tembaga, mutiara, air, udara, dsb untuk kelangsungan hidup di dunia kini dan di dunia yang akan datang. Semuanya ada di dalam bingkai kehendak bebas dari manusia itu sendiri.


II. ALASAN MENJADI BIJAKSANA UNTUK MEMBAWAH WAGAAMO KEPADA DUNIA BARU YANG SHYALOM


Keberhasilan dan kesuksesan yang milik kita disimpan TUHAN dan tidak akan diambil orang kecuali kita sendiri menjadi bijaksana (pintar/hikmat) untuk menggunakan talenta yang TUHAN berikan supaya dengan keberhasilan dan kesuksesan yang milik kita membawah Wagaamo kepada dunia baru yang Syhalom.

TUHAN menciptakan manusia segambar dengan-Nya dari debu tanah. Manusia yang diciptakan itu memiliki tubuh jasmani dan rohani, keduanya tidak dapat dipisahkan eksistensi antara tubuh dan jiwa. Keduanya saling menopang dan saling melengkapi, namun dalam melangsungkan peranannya masing-masing berbeda. Tetapi keduanya dipandang TUHAN sangatlah penting, oleh karena itu ketika TUHAN YESUS berada di dunia ini, Ialah memenuhi dan melayani serta menyembuhkan kedua bagian manusia itu secara utuh. Pernyataan ini sesuai dengan tulisan Malcolm Brownlee dalam bukunya yang berjudul : “Tugas Manusia Dalam Dunia Milik TUHAN” bahwa:

“Dalam Alkitab manusia bukan roh atau tubuh saja, tetapi kesatuan tubuh dengan roh. Karena itu apa yang mempengaruhi manusia juga mempengaruhi rohnya. Hal jasmani seperti: makan, minum, pakaian, kesehatan, tempat untuk bertedu, dll. Tidak bisa dipisahkan dari hal-hal rohani”. (Brownlee, 1997:8).

Tubuh jasmani membutuhkan material, demikian juga tubuh rohani membutuhkan spritual. Tetapi kebutuhan jasmani tidak dapat dipuaskan oleh spiritual, demikian juga sebaliknya.

Tetapi jika orang tidak memenuhi hal jasmani, seperti makan, minum, kesehatan dan tempat untuk berteduh; maka akan mempengaruhi hal rohani. Seperti Malcolm Brownlee menuliskan :

“Tidak mungkin mengabarkan Injil secara meyakinkan kepada orang yang sakit gigi, karena ia hanya akan memikirkan giginya. Ia tidak akan memikirkan KRISTUS. Penderitaan yang keras sekali dapat menutup orang kepada Injil. Demikian juga orang yang miskin sekali, seperti orang gelandangan, jarang bertobat dan mengikut KRISTUS sebelum keadaan jasmaninya dapat diperbaiki. …Orang yang sengsara dan melarat sekali, biasanya menutup hatinya kepada Injil kalau ia belum pernah mengalami sesuatu yang memampukannya mengerti Injil sebagai kabar yang menggem-birakan”, (Brownlee, 2004:9).

Tubuh jasmani adalah pagar hidup dari tubuh rohani. Tubuh rohani ada di dalam tubuh jasmani yang lemah. Ketika tubuh jasmani lemah, pasti akan terpengaruh dengan tubuh rohani. Dengan kata lain, ”di dalam tubuh yang sehat, terdapat rohani yang sehat pula”. Untuk itu alasan yang sangat mendasar adalah anda dan saya menjadi bijaksana karna kita tidak diciptakan bodoh untuk menyelamatkan kedua tubuh ini dari pribadi dan orang lain.


III. CIRI-CIRI DAN TUJUAN WAGAAMO YANG BIJAKSANA


Untuk mengetahui ciri-ciri orang (Wagaamo) yang bijaksana kita dapat melihat keberhasilan daripada Yusuf di Mesir. Dengan kebijaksanaan yang dimilikinya dari TUHAN, ia dapat menyelamatkan pribadi dan orang lain di Mesir. (Kejadian 41:41-57). Ketika kita mempelajari kehidupan Yusuf di Mesir, ada beberapa ciri-ciri kebijaksanaan yang dimiliki Yusuf yang akan menjadi panutan di Wagaamo untuk tujuan mulia, antara lain:

1. Transformatif = bersifat berubah-ubah bentuk (rupa, macam, sifat dan keadaan dsb.). Sedangkan Transformasi = perubahan rupa (bentuk, sifat, fungsi, dsb). Berangkat dari pengertian di atas, TUHAN adalah YEHOVA JIREE artinya “TUHAN yang menyediakan” segala sesuatu untuk manusia dan takkan kekurangan bagi umat yang percaya kepada-Nya (Mzm. 23 : 1 - 6). Menyediakan dan memfasilitasi kita dengan Sumber Daya Manusia (SDM) dan Sumber Daya Alam (SDA). Untuk itu TUHAN tuntut dari Wagaamo, bahwa Wagaamo menjadi transformator untuk transformasi dari rupa, macam, sifat dan keadaan dsb yang ada/lama untuk membawah Wagaamo kepada Dunia Baru yang Shalom sesuai perkembangan IPTEK dunia yang semakin pesat ini.

2. Inovatif = bersifat memperkenalkan sesuatu yang baru, bersifat pembaruan (kreasi baru). Sedangkan Inovasi = 1) Pemasukan atau pengenalan hal-hal yang baru; pembaharuan. 2) Penemuan baru yang berbeda dari yang sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya (gagasan, metode atau alat). Hal itu ditunjukan kepada mereka (Wagaamo) yang terdidik dan berintelektual harus dan mampu menjadi penemu sesuatu yang baru dari yang sudah ada dalam rangka menuju dunia baru yang Shalom.

3. Kreatif = 1) memiliki daya cipta; memiliki kemampuan untuk menciptakan. 2) bersifat (mengandung) daya cipta. Sedangkan Berkreasi = menghasilkan sesuatu sebagai hasil buah pikiran; mencipta. Berhubungan dengan penjelasan di atas ini, kita janganlah menyangkal TUHAN, karena Ia telah memfasilitasi setiap manusia dengan kreatifitas atau kemampuannya masing-masing. Hal itu sebagai cara TUHAN, supaya dengan kreatifitas tersebut seseorang dapat menyambung hidup ini. Tetapi sayangnya banyak orang tidak perna menggunakan kreatifitasnya sehingga melanda krisis dalam menyambung hidup ini. Untuk itu, Wagaamo memahami daya cipta atau kreatifitas yang dimilikinya supaya dengan kreatif yang dimiliki mewujudkan dunia baru yang Shalom.

4. Proaktif = lebih aktif. Atau lebih giat (bekerja, berusaha). Walaupun memiliki kreatif tidak akan perna terwujud dunia baru yang shalom, kalau tidak proaktif atau lebih aktif atau pula lebih giat bekerja dan berusaha. Oleh karena itu jika mau mewujudkan Wagaamo baru yang shalom, maka Wagaamo membutuhkan proaktif dalam bekerja dan berusaha.

5. Produktif = 1) bersifat atau mampu menghasilkan (dalam jumlah besar). 2) mendatangkan (member hasil, manfaat dsb); mengutungkan. 3) mampun menghasilkan terus dan dipakai secara teratur untuk membentuk unsure-unsure baru. Wagaamo jangan merasa cukup dengan yang ada tetapi harus produktif. Wagaamo jangan menjadi konsumtif tetapi produktif yang selalu menghasilkan terus menerus baik dalam hal jasmani (materi) (harapan sementara di dunia ini) maupun rohani (harapan kekal yang yang pasti di sorga). Jika Wagaamo melipatgandakan apa yang dimiliki dan dikerjakannya, dunia akan menikmati hasilnya dan TUHAN saja yang dipermuliakan.

6. Solutif = penyelesaian, pemecahan (masalah dsb); jalan keluar. Wagaamo juga jangan ketinggalan dalam menyelesaikan, memecahkan atau memberikan jalan keluar atas masalah yang dihadapi bersama. Hal itu untuk menciptaka kedamaian, keadilan, kesejahteraan, kemakmuran, kebebasan, dsb untuk menuju dan mewujudkan Dunia baru yang Shalom yang diidamkan bersama. Dunia semakin maju dalam segala aspek kehidupan manusia. Hal itu diakibatkan oleh perubahan peradaban dan pertambahan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Hal itu bukan berarti membawah perubahan hidup yang semakin baik menuju dunia baru yang Shalom tetapi malah mengundang berbagai problema hidup manusia. Dalam menghadapi berbagai masalah yang akan menimpa di lembaran hidup Wagaamo, orang Wagaamo menjadi solutif supaya dapat memberikan jalan keluar bagi mereka yang tidak ada jalan keluar, penyelesaian atas masalah yang tidak dapat terselesaikan, pemecahan atas masalah yang tidak dapat memecahkan, dsb.

7. Shalom = Dalam bahasa Ibr. dipakai kata yang sama untuk pengertian "memberi salam" dan "memberi berkat". Shalom itu memberi kekuatan pada orang yang layak menerimanya (Mat 10:13). Ucapan Shalom yang biasa dipakai adalah: "Damai besertamu" (Hak 19:20), "Damai beserta rumah ini" (Luk 10:5). "Semoga Yahwe besertamu" (Hak 6:12) dan lain-lain. Yesus memerintahkan secara tegas kepada para muridnya untuk memberi Shalom, apabila mereka memasuki sebuah rumah (Mat 10:12). Ia mengecam orang-orang Farisi, yang ditempat umum menuntut diberi Shalom terlebih dahulu (Mat 23:7) untuk menunjukkan ketinggian kedudukannya. Selama ini kita pikir bahwa memberi shalom itu hanya berjabatangan atau sapaan, tetapi bahasa asli Alkitab berkata “Memberi Berkat” atau “Memberi Kekuatan Kepada Orang yang layak menerima”. Kalau bukan anda dan saya yang memberikan shalom kepada yang layak menerima, siapa lagi. Mengembangkan kelebihan yang telah TUHAN berikan kepada kita supaya hasilnya kita beri shalom kepada mereka yang membutuhkan shalom dari kita.

Yang sebenarnya dalam kejeniusan (kecakapan/kecerdikan) TUHAN telah membagikan kepada kita, atau saya pinjam kata ini “TUHAN menyimpan kesuksesannya di dalam diri kita” untuk mencari damai, sehat, puas, kesejahteraan dsb pribadi dan orang lain.

Setelah anda melihat uraian di atas ini, anda mempertimbangkan diri bahwa apakah saya memiliki hal-hal di atas ini? Kalau anda memiliki, manakah yang saya telah dan sedang kembangkan untuk pribadi dan orang lain dan atau manakah yang saya telah tidak kembangkan? Tetapi yang jelas bahwa kesemuanya dibagikan kepada setiap orang tanpa bandang bulu atau warna kulit oleh Sang Pencipta untuk kelangsungan hidup manusia. Oleh karena itu, saatnya Wagaamo beruba pola pikir (paradigm) lama yang beranggapan bahwa “kaya dan miskin, hidup mewah dan hidup sederhana itu ditentukan semula oleh TUHAN Pencipta dan saya bodoh, tidak bisah, tidak mampu”. Anda dan saya melawan arus derasnya pikiran (paham) yang tidak maju, tidak berkembang, dan yang mengikat kita ini dengan berkata: “SAYA BUKAN BODOH, Saya Bodoh, Jika Saya Tidak Sumbangkan Sesuatu Untuk Pribadi dan Orang Lain” dan menjadi Wagaamo Yang Transformatif, Inovatif, Kreatif, Proaktif, Produktif dan Solutif supaya Membawah Wagaamo kepada Dunia Baru yang Shyalom.


IV. TUJUAN AKHIR BIJAKSANA “DAMAI SEJAHTERA”


Damai Sejahtera datang dari TUHAN karena berasal dari Dia, tetapi tidak akan perna datang tanpa perjuangan manusia. Disamping iman kita, Anda dan saya diajak, untuk mengetahui dengan jelas kelebihan yang disimpan TUHAN. Karena kelebihan yang disimpan TUHAN adalah sarana atau saluran untuk menyalurkan damai sejahtera itu. Seperti Firman TUHAN berkata: "Sesungguhnya, Aku akan mendatangkan kepada mereka kesehatan dan kesembuhan, dan Aku akan menyembuhkan mereka dan akan menyingkapkan kepada mereka kesejahteraan dan keamanan yang berlimpah-limpah." (Yeremia 33:6).

1. DEFINISI DAMAI SEJAHTERA.

Istilah Ibrani untuk damai sejahtera ialah “shalom”; kata ini bukan sekadar menunjuk kepada ketiadaan perang dan pertentangan. Makna dasar “shalom” ialah keserasian, keutuhan, kebaikan, kesejahteraan, dan keberhasilan di segala bidang kehidupan.

a. Damai sejahtera dapat mengacu kepada ketenangan dalam hubungan internasional, seperti perdamaian antara dua negara yang bertikai (mis. 1 Sam 7:14; 1 Raj 4:24; 1Taw 19:19).
b. Damai sejahtera juga dapat mengacu kepada perasaan mapan dalam suatu bangsa, seperti pada masa kemakmuran dan tidak ada perang saudara (2Sam 3:21-23; 1Taw 22:9; Mazm 122:6-7).

c. Damai sejahtera dapat dialami sebagai keutuhan dan keselarasan dalam hubungan antar manusia, baik dalam rumah tangga (Ams 17:1; 1Kor 7:15) maupun di luar (Rom 12:18; Ibr 12:14; 1Pet 3:11).

d. Damai sejahtera dapat mengacu kepada perasaan pribadi seseorang bahwa semua lengkap dan sejahtera, bebas dari kekhawatiran dan merasa tenteram dalam jiwanya (Mazm 4:8; 119:165; bd. Ayub 3:26) dan dengan Allah (Bil 6:26; Rom 5:1).

e. Akhirnya, sekalipun istilah shalom tidak dipergunakan dalam pasal Kej 1:1-2:25, shalom melukiskan dunia ciptaan asli yang berada dalam keselarasan dan keutuhan sempurna. Ketika Allah menciptakan langit dan bumi, Ia menciptakan dunia yang tenteram dan damai. Kesejahteraan menyeluruh ciptaan ini terungkap di dalam pernyataan yang ringkas, "Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik" (Kej 1:31).

2. GANGGUAN DAMAI SEJAHTERA.

Ketika Adam dan Hawa mendengarkan suara ular dan memakan buah terlarang (Kej 3:1-7), ketidaktaatan mereka membawa masuk dosa dan mengacaukan keselarasan semula dari ciptaan.

a. Pada saat itu, untuk pertama kalinya Adam dan Hawa mengalami rasa bersalah dan malu di hadapan Allah (Kej 3:8) dan kehilangan damai dalam hati.

b. Dosa Adam dan Hawa di Taman Eden merusak hubungan rukun mereka dengan Allah. Sebelum memakan buah itu, mereka memiliki persekutuan intim dengan Allah di taman itu, tetapi setelah itu "bersembunyilah manusia dan isterinya itu terhadap Tuhan Allah di antara pohon-pohonan dalam taman" (Kej 3:8). Daripada menantikan saat dapat bercakap-cakap dengan Allah, mereka kini takut mendengar suara-Nya (Kej 3:10).

c. Tambahan pula, hubungan rukun di antara Adam dan Hawa sebagai suami istri terganggu. Ketika Allah membicarakan dosa itu dengan mereka, Adam menyalahkan Hawa (Kej 3:12), lalu Allah menyatakan bahwa perselisihan akan terus berlangsung di antara pria dan wanita (Kej 3:16); demikian dimulailah konflik sosial yang dewasa ini merupakan bagian kesulitan umat manusia, mulai dari percekcokan dan kekerasan di dalam rumah tangga (1Sam 1:1-8; Ams 15:18; 17:1) hingga sengketa dan perang antar negara.

d. Akhirnya, dosa mengacaukan kerukunan dan persatuan di antara manusia dengan alam. Sebelum Adam berdosa, dengan sukacita ia bekerja di Taman Eden (Kej 2:15) dan dengan bebas berjalan di antara hewan, memberi nama kepadanya (Kej 2:19-20). Kutukan Allah setelah kejatuhan meliputi permusuhan antara Adam dan Hawa terhadap ular (Kej 3:15), dan kenyataan bahwa bekerja akan mengakibatkan peluh dan kelelahan (Kej 3:17-19). Di mana sebelumnya hubungan manusia dengan lingkungan hidupnya selaras, kini ada pergumulan dan pertentangan sehingga "sampai sekarang segala makhluk sama-sama mengeluh dan sama-sama merasa sakit bersalin" ("Rom 8:22").

3. PEMULIHAN DAMAI SEJAHTERA.

Sekalipun akibat dari kejatuhan adalah kehancuran kesejahteraan dan kedamaian manusia dan bahkan seluruh alam ciptaan, Allah merencanakan pemulihan shalom; jadi kisah untuk memperoleh kembali damai sejahtera ialah kisah penebusan di dalam Kristus.

a. Karena Iblis yang memulai penghancuran kedamaian di dunia kita, maka pemulihannya harus mencakup pembinasaan Iblis dan kuasanya. Sebenarnya, banyak janji PL mengenai kedatangan Mesias adalah janji akan datangnya kemenangan dan damai sejahtera. Daud bernubuat bahwa Anak Allah akan memerintah bangsa-bangsa (Mazm 2:8-9; bd. Wahy 2:26-27; Wahy 19:15). Yesaya bernubuat bahwa Mesias akan memerintah sebagai Raja Damai (Yes 9:5-6). Yehezkiel meramalkan bahwa perjanjian baru yang hendak didirikan Allah melalui Mesias akan menjadi perjanjian damai sejahtera (Yeh 34:25; 37:26). Dan Mikha, ketika menubuatkan kelahiran pemimpin yang akan datang di Betlehem menyatakan bahwa "dia menjadi damai sejahtera" (Mik 5:4).

b. Pada waktu kelahiran Yesus, malaikat mengumandangkan bahwa damai sejahtera Allah telah turun ke bumi (Luk 2:14). Yesus datang untuk membinasakan pekerjaan Iblis (1 Yoh 3:8) dan merobohkan semua rintangan pertentangan yang merupakan bagian dari kehidupan kita, sehingga mendatangkan damai (Ef 2:12-17). Yesus memberikan damai sejahtera-Nya kepada semua murid-Nya sebagai warisan kekal sebelum Ia disalibkan (Yoh 14:27; 16:33). Oleh kematian dan kebangkitan-Nya, Yesus melucuti senjata semua kekuatan dan penguasa musuh dan dengan demikian memungkinkan kedamaian (Kol 1:20; 2:14-15; bd. Yes 53:4-5). Karena itu, pada saat kita percaya kepada Yesus Kristus, kita dibenarkan oleh iman dan berdamai dengan Allah (Rom 5:1). Amanat yang diberitakan orang Kristen ialah kabar baik damai sejahtera (Kis 10:36; bd. Yes 52:7).

c. Sekadar mengetahui bahwa Kristus datang sebagai Raja Damai tidaklah menjamin bahwa dengan sendirinya damai sejahtera akan menjadi bagian kehidupan kita; untuk mengalaminya kita harus dipersatukan dengan Kristus dalam iman yang aktif. Langkah pertama ialah percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. Bila melakukan itu, kita dibenarkan oleh iman (Rom 3:21-28; 4:1-13; Gal 2:16) dan berdamai dengan Allah (Rom 5:1). Bersama dengan iman, kita harus hidup dalam ketaatan kepada perintah-perintah-Nya agar dapat hidup dalam damai (Im 26:3,6). Para nabi PL sering kali menyatakan bahwa bagi orang fasik tidak ada damai (Yes 57:21; 59:8; Yer 6:14; 8:11; Yeh 13:10,16). Untuk mengalami damai sejahtera Allah, Ia memberikan Roh Kudus kepada kita, yang mulai mengerjakan buah-Nya di dalam diri kita -- satu aspeknya ialah damai sejahtera (Gal 5:22; bd. Rom 14:17; Ef 4:3). Dengan pertolongan Roh, kita harus berdoa memohon damai sejahtera (Mazm 122:6-7; Yer 29:7;

Membiarkan damai sejahtera memerintah hati kita (Kol 3:15), mencari dan mengusahakan damai sejahtera (Mazm 34:15; Yer 29:7; 2 Tim 2:22; 1Pet 3:11), dan berusaha sedapat-dapatnya untuk hidup berdamai dengan sesama kita (Rom 12:18; 2Kor 13:11; 1Tes 5:13; Ibr 12:14).


V. KESIMPULAN


Tujuan akhir daripada pemenuhan kebutuhan kesejahteraan hidup manusia yang ganda ialah untuk mencari kepuasan, kesejahteraan dan kemakmuran di dunia dan di surga nanti atau menuju ”Dunia Baru Yang Shalom”.

TUHAN adil. Untuk mewujudkan ”Dunia Baru Yang Shalom”, keadilan-Nya terbukti ketika manusia diciptakan TUHAN, Ia menyediakan dan memfasilitasi manusia dengan berbagai fasilitas, seperti: Sumber Daya Manusia (SDM), yakni: tubuh, jiwa dan roh. Disamping itu pengetahuan, bakat, talenta, karunia, kemampuan, kepintaran, kealihan, kepandaian, dsb. Dan Sumber Daya Alam (SDA), yakni: tumbuh-tumbuhan dan hewan atau makhluk hidup (flora dan fauna), tanah, emas, perak, tembaga, mutiara, air, udara, dsb, untuk dimanfaatkan oleh manusia dalam memenuhi kebutuhan kesejahteraan hidup manusia pada umumnya dan khususnya Umat Wagaamo.

Tugas TUHAN, Ia telah menyediakan dan memfasilisasi kita dengan Sumber Daya Manusia (SDM) dan Suber Daya Alam (SDA), tetapi tugas kita menggunakan Sumber Daya Manusia (SDM), yakni: tubuh, jiwa dan roh. Disamping itu pengetahuan, bakat, talenta, karunia, kemampuan, kepintaran, kealihan, kepandaian, dsb yang disediakan TUHAN. Oleh karena itu untuk mewujudkan ”Dunia Baru yang Shalom”, Wagaamo menjadi Bijaksana yang Transformatif, Inovatif, Kreatif, Proaktif, Produktif dan Solutif untuk Membawah Wagaamo kepada Dunia Baru yang Shyalom

Membangu Komitmen Bersama:

SAYA BUKAN BODOH,
SAYA BODOH, JIKA SAYA TIDAK SUMBANGKAN SESUATU UNTUK PRIBADI DAN ORANG LAIN.

Saya tidak mau disebut kunsumen tetapi mau disebut produsen. Prodiksi batiniah dan produksi rohaniah.
Batiniah: memproduksi filsafat/pengetahua dan material/benda. Sedangkan Rohaniah: memproduksi buah-buah Roh Kudus (Gal. 5:22-23).
Hasil produksi harus didistribusikan kepada orang lain melalui pemberian material hasil kita, pengajaran dan keteladanan.

Demikianlah tidak mustahil, Shalom sudah hadir di antara kita. Amin.


By: SENIOR PEKEI